Kamis, 08 September 2011

Payungmu untukku

Seperti malam biasa kamu mengajakku pergi ke kedai kopi ketika senggang.
Dan aku selalu meng-iya-kan. Buat aku, kemana saja itu tidak masalah.
Di kedai kopi, seperti biasa, kamu duduk bersebrangan denganku.
Mungkin hanya kita pasangan yang duduk seperti ini, lainnya duduk bersebelahan.
Jangankan untuk menyenderkan kepala di pundakmu, untuk menyentuhmu saja aku harus susah payah.
Seperti biasa pula aku memilih diam, memperhatikan sekitar lalu melamun.
Sampai kamu sadar aku diam saja, kamu hanya menatapku sekilas lalu kembali menikmati kopi dan sketsamu.
Aku mulai jenuh, ku keluarkan semua kertas putihku.
Goresan demi goresan, tapi aku tidak tau apa yang harus aku gambarkan.
Di sudut kepalaku ada suara kecil menyuruhku untuk menggambar "dia",dia yang ada di depanku.
Ku ikuti goresannya, koma-inu..anjing setengah singa penjaga kuil jepang. Ahh..tidak menarik.
Aku menarik kertas lainnya. Teratai..out line sudah terbentuk..tapi lagi-lagi aku belum bisa menggambarkan-mu
Aku mengambil kertas di tumpukan paling bawah. Tak lagi menggunakan pensil, aku menggunakan bolpen sekarang.
Aku mencoba membayangkan bunga, tidak ada yang bisa tertuang di kertas.
Aku ganti gambaran bunga jadi kucing, hewan yang sama-sama kita sukai. Tidak bisa
Aku ganti lagi gambaran di otaku, bunglon. Tidak bisa juga.
Tiba-tiba aku teringat goresan klasik yang bisa di lakukan semua orang untuk menggambarkan suka. Hati.
Tidak, bukan hati yang ingin aku gambarkan sekarang.
Tanganku mulai bekerja lagi, sedikit mengejutkanku..payung. Aku menggambar payung.
Dia bereaksi setelah lama terdiam"Payung?" katanya, aku hanya tersenyum.
Aku lanjutkan menggambar..Seseorang membawa payung, dan seorang lagi berlari.
Ya, aku selesaikan sketsa itu. Dengan bolpen, dan dengan kamu yang akhirnya memperhatikanku.
Payung. Kamu yang membawa payung itu. Dan aku yang berlari.
Aku ingat kata-katamu ketika kita bertengkar kemarin
"Aku ada buat kamu waktu kamu butuh, bukan waktu kamu pengen"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar