Kamis, 24 Februari 2011

Si Belang dan Bola Kuning

  Si Belang memiliki mainan baru, sebuah bola yang bisa memantul dan ada bintik-bintik kuning disekitarnya. Belang memainkannya setiap waktu, waktu bangun tidur, sarapan, makan siang, bermain di taman, makan malam hingga sebelum tidur. Suatu sore dia bermain di kebun belakang dengan bola kesayangannya.
  Semakin kencang dia melemparkannya ke tanah, semakin tinggi pula bola itu memantul ke udara. Saking senangnya dia memantulkan bola keras-keras hingga memantul tinggi sekali sampai keluar pagar rumah. Si Belang mengejarnya. Bola kuningnya tidak terlihat, "mungkin masuk ke kebun" pikirnya. Si Belang mulai memasuki kebun, bola kuning belum ketemu juga, semakin lama semakin dia memasuki kebun. Matahari mulai condong ke arah barat, warnanya mulai berubah menjadi orange kemerahan. Bola kuning belum juga ketemu.
  Belang mulai frustasi "ah! hilang juga tidak apa-apa, nanti juga dibelikan lagi sama Ayah" katanya dalam hati. Cahaya matahari yang mulai redup membuat suasana kebun yang rindang semakin menakutkan. Belang mulai panik, dia berlari kesana kemari berharap menemukan jalan pulang. Tapi apa daya kebun yang rindang sudah gelap gulita, bahkan dia tidak bisa melihat telapak kakinya sendiri. Belang mulai berteriak "Ayyaaahhh!! Ibuuu!! Ayyyaaahhh!! Ibbuuu!!" namun tidak ada yang menjawab.
  Belang mulai terisak, dia mencari perlindungan di pohon terdekat. Sambil duduk jongkok dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.  "Huhuhuhuhuhuuu bagaimana aku bisa pulang?". Tiba-tiba kakinya menyentuh sesuatu, Belang terperanjat dan lompat menjauh, ternyata itu bola kuning. Dia senang bisa menemukan bola kesayangannya, tapi dia belum bisa pulang.
  Dari kejauhan muncul kilatan-kilatan cahaya. "Belaangg..Bellanngg" teriak suara itu. Belang kenal suaranya..itu Ayah dan Ibu!! Belang langsung berlari menghampiri cahaya tersebut dan langsung memeluk Ayahnya. "Aku tersesaaatt" kata Belang sambil terbata-bata. "Sudah..sudah, jangan menangis lagi, ayo sekarang pulang"
  Begitu sampai rumah, Belang langsung mandi tidak lupa dia membersihkan tanah yang menempel pada bola kuning. Ibu sudah menyiapkan makan malam yang enak, ada ayam bakar dan susu hangat kesukaan Belang. Dalam hati Belang berjanji tidak akan menyusahkan kedua orang tuannya lagi, dan juga tidak akan melemparkan bola kuning keras-keras agar tidak hilang.

~FIN~
Sirkus Keliling

 

Senin, 07 Februari 2011

Rajutan Sayap : Penggembala Domba

Manusia lahir dari Sang Cahaya
Mendengar, melihat, berucap
Belajar,bekerja
Siapa kau wahai Icarus?
Orang sinting perajut bulu dengan lilin
Peluk saja sunyi gelap dalam jeruji labirin
Warna apa? Terik apa?
Empat kakiku dulu melangkah terseok
Hingga derapan dua kaki
Menghalau bulu putih domba agar tak dilahap serigala
Menjalin cinta dan pergi menghilang dimakan usia
Menjadi bahagia seperti bagaimana mestinya
Mengapa kau merasa berbeda, Icarus?
Atau kau memang ingin dibedakan?
Semua orang menatapmu melesat melawan sang dewa angin
Tak kau hiraukan jerit ratapan ayah dibawah
Memeluk mentari yang jadi impianmu bocah malang
Terlalu sombong impianmu, atau terlalu sombong mentari untukmu?
Melesat tubuhmu bermandikan peluh
Aegea..di tubuh laut kau terhantam
Pencari nafas laut hanya merasakan koyak kecil gelombang
Serpihan bulu terseret arus kegilaan
Obsesi impian tak ada gunanya
Menangis Icarus malang
Tinggalkan ayahnya di ambang penyesalan
Tak kau ubah bulu domba jadi emas, tongkat kayu jadi abu
dan roda takdir terus berputar

Rajutan Sayap : Icarus

Cahayamu adalah godaan bagiku
Terikmu adalah impian bagiku
Walau tak kau izinkan tetap akan ku ambil
Warnamu..panasmu..
Kurajut bulu dengan lilin
Tiap helai dengan tiap tetes
Gelap sunyi bukan halangan kalau mimpi bisa jadi kenyataan
Ribuan tahun mampu ku lewati asal bisa bebas dari labirin ini
Sayap terbentang, lihat aku mampu terbang!!
Biar orang berkata aku sinting tapi mereka tak bisa bersaing
Sebentar lagi kuraih kau kekasihku, sang mentari!
Mereka berteriak mengingatkanku jangan lupa diri
Apa salahnya meraih mimpi?
Ku peluk mentari..impianku dulu dari balik jeruji
Peluh lilin membakar kulitku
Aku jatuh..melesat kencang ke laut biru
Sayapku berantakan..bulu-bulu berterbangan
Biar semua orang mengatakan aku sinting
Tapi aku bisa memeluk mentari
Aku mati tapi aku tidak menangis
Aku jatuh tersenyum..sudah kudapatkan kekasihku!
Biar semua orang mengatakan aku sinting
Tapi mereka mengingat namaku
ICARUS..sang Manusia Terbang.