Sabtu, 10 September 2011

Kado Terbaikmu

  Sudah ku persiapkan uang tunai sebesar Rp250.000,- , uang itu terkumpul setelah 5 bulan aku menabung untuk membelikan sesuatu di hari spesialmu. Aku sudah tau barang yang akan aku beli. Kamu menginginkan barang itu sejak satu tahun yang lalu. Aku tersenyum-senyum sendiri membayangkan betapa kagetnya wajahmu waktu membuka bingkisan yang nanti akan terbungkus rapi dan cantik.
  Sudah ku cek semua agar tidak ada yang menghambat perjalananku. Dompet juga aku cek beberapa kali. Lengkap! lalu aku tersenyum lagi. Aku memacu motor secepat yang aku bisa, maklum lah baru beberapa bulan aku belajar motor. Dalam perjalanan menuju toko itu aku teringat tahun kemaren hampir saja kita marahan karena kamu tidak mau aku beri kado, alasannya karena kamu merasa sudah mendapatkan semuanya. Tahun ini juga, tapi aku tidak mau ambil pusing ku belikan saja kado untukmu.
  Sampai di toko aku langsung berlari ke tingkat dua, tempat barang yang kamu mau sejak satu tahun lalu. Masih di situ, tidak ada yang membeli. Langsung aku ambil dan membayar di kasir. Teringat lagi waktu kamu nyaris membelinya dulu, kamu tersenyum bingung lalu bilang "ah, belum ada uang, kurang sedikit". Aku hanya membalas senyum bingungmu, sabar sayang..nanti aku belikan kalo sudah ada uang, batinku. Petugas kasir sudah memberi kembalian dan membungkus benda itu dengan kertas kado hitam kuning. Langsung ku pacu motorku lagi dan menuju kosmu, aku tau kamu belum bangun walaupun jarum pendek sudah menuju angka 11.
  Hatiku deg degan, semoga kamu tidak marah karena aku membelikan kado. Jalanan sedikit ramai, tapi tidak macet, cukup untuk motor dan penunggangnya yang kecil untuk berbelok belok. Perempatan menuju kosmu sudah terlihat. Aku melihatnya..kecuali box truk yang meluncur turun. Ku tekan rem dalam-dalam, lalu aku tidak melihat apa-apa. Satu detik kemudian aku menangis, melihat kado untukmu hancur berantakan. Hancur seperti harapanku yang melihat kamu tersenyum kaget ketika terbangun siang ini.
  Ada suara, entah apa katanya. Mataku berat sekali seperti ada yang memaksanya untuk tetap terpejam. Ku paksakan setengah mati. Samar-samar aku melihat sosokmu yang lama-lama terlihat jelas. Wajahmu kuyu, aahh jelek sekali wajahmu sayang. Ku coba menggerakan tangan yang kamu pegang. Ekspresi kaget lalu tersenyum muncul dari wajah jelek itu. Eh? Aku berhasil membuat kamu tersenyum kaget, pikirku. Tapi setelah itu kamu menangis. Aku bingung. "Kado?". Hanya kata 'kado' yang keluar dari mulutku yang bersuara parau. Ah, kering sekali tenggorokanku. Sambil tersedu kamu berkata "Sudah aku bilang aku tidak mau kado apa-apa sayang. Aku sudah dapat kado yang terbaik dan hampir saja Tuhan mengambil kado terbaikku". Aku bingung, lalu aku sadar aku tidak bisa merasakan kakiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar